Kepergian Mbah Uti

by - 8:28 PM

Tepatnya ahad (23 Nov 2014) sekitar pukul 20:30, kabar duka itu akhirnya tiba kepadaku bahwa mbah putri sudah menghembuskan nafas terakhirnya dan pergi untuk selama-lamanya. Tentu saja aku sangat sedih, beberapa bulan yang lalu mbah uti memilih untuk datang ke riau mengunjungi anak-anak dan cucunya. Saat itu aku baru mengerti bagaimana sebenarnya kasih sayang seorang nenek pada cucunya, dan mengerti cinta yang di berikan mbah untuk ibu. Karena tinggal jauh dari sanak saudara, aku tidak pernah pergi ke acara besar keluarga. Baik pernikahan ataupun kematian. Yang aku tahu hanya ibu, bapak, hasan dan tole.

Namun kini aku bisa mengerti apa rasanya kehilangan untuk selama-lamanya. Tapi kusadari bukan aku yang paling sedih. Ibu.. Ibu jauh lebih sedih dari padaku. Malam itu ibu menelpon sambil menangis, dan akupun tak kuasa untuk menahan air mata. Saat itu bapak sedang ada acara sekolah ke sumbar tinggallah ibu dan hasan hanya berdua di rumah. Kepergian mbah sungguh menyedihkan juga sangat menyedihkan mendengar orang yang kita cintai menangis. Sebisa mungkin aku menahan tangis agar tidak membuat ibuku semakin panik, menenangkan ibuku, mengatakan bahwa mbah uti udah tenang bu nanti ketemu mbah kakung di surga. Ibu yang sabar, InshaaAllah mbah uti lebih bahagia di sana. Setelah beberapa saat akhirnya ibukupun tenang dan mulai bisa menerima kenyataan. Kemudian menutup telpon karena ingin mengabari tole yang saat itu sedang tugas praktikum di jember dan mengabari keluarga bapak di blitar. Dan aku memutuskan untuk ke solo keesokkan harinya dengan kereta api keberangkatan paling awal.

Mbah uti pergi dengan tenang, saat subuh dan juga zuhur beliau masih bisa sholat berjamaah di mesjid, lalu setelah zuhur minta diantarkan ke kebun, pada saat di kebun beliau merasakan kepalanya sakit. Kemudian keluarga di sana membawanya ke rumah sakit, lalu sekitar pukul 20:30 beliau meninggal dengan tenang. Seperti orang yang sedang tertidur, tak terlihat seperti kesakitan. Bahkan bude yang menjaga mbah saat di rumah sakit tidak menyadari kalau mbah uti telah meninggal. Begitulah hidup pada akhirnya akan kembali dengan sang Pencipta tapi bagaimana cara kita menjemput ajal sangatlah berbeda-beda. Tergantung pada amal perbuatan kita di dunia. Yang paling ku sadari sejauh apapun aku mencari dunia, semua akan sia-sia. Terlalu sibuk memikirkan hidup enak tapi lupa bagaimana memikirkan mati enak.

Satu hal lagi yang sering ku pikirkan setelah kepergian mbah uti, apakah aku akan mengalami seperti apa yang ibuku alami saat ini? Pastilah sangat menyedihkan. Namun pasti inilah yang terbaik dari Allah.

Terimakasih ya Allah. hanya Engkaulah yang mampu menyelamatkan kami dari kesesatan dan hanya Engkau yang memapu menunjukki kami jalan yang lurus. Teguhkanlah hati kami, langkah kami, ucapan kami di jalan Mu untuk mendapat keridhoan darimu. Ampunilah dosa mbah uti, terimalah amal ibadanya, jauhkanlah dari siksa kubur dan azab api neraka. Aamiin


Mbah uti dan Ibu

selamat jalan mbah uti, doa kami selalu menyertaimu <3



You May Also Like

0 comments